Bagi anda yang hobi jalan-jalan ke luar negri, terutama Amerika Serikat, harap bersabar dan menyisihkan waktu lebih panjang sebelum naik pesawat , karena semenjak 1 Januari 2010 yang lalu, Amerika Serikat memperketat sistem pengamanannya untuk penerbangan domestic maupun Internasional. Sistem keamanan ini diperketat setelah terjadinya insiden percobaan peledakan pesawat Northwest Airlines bernomor penerbangan 235, di hari natal tahun 2009 lalu. Saat itu Umar Farouk Abdulmutallab yang terbang dengan pesawat Airbus A330 Delta/North west Airlines Flight 253 dari Bandara Schipiiol Amsterdam, Belanda ke Detroit, Amerika Serikat, tertangkap membawa bahan peledak jenis pentaerythritol tetranitrate (PETN) yang dijahitkan di celana dalamnya yang tidak terdeteksi sebelumnya.
Sistem pengamanan bandara-bandara di Amerika Serikat ini diperketat dengan alat yang disebut pemindai gelombang elektromagnetik, berbeda dengan sistem pengamanan bandara-bandara pada umumnya, yang hanya menggunakan pendeteksi logam, alat pemindai ini bisa melihat benda apapun yang tersembunyi di balik pakaian orang yang dipindai, sehingga tak heran jika penumpang merasa seperti ditelanjangi.
Alat pemindai pantulan balik sinar X berbentuk seperti dua kotak seukuran lemari es, dengan objek pindai yang berdiri di tengahnya. Dua kotak ini saling memancarkan gelombang lemah sinar X, bila sinar X berhasil menembus tubuh, berati penumpang bersih, jika ada benda yang disembunyikan di balik pakaian, maka sinar X akan mencitrakan benda itu dalam monitor. Gambar tubuh yang sihasilkannya lebih kasar, mirip gambar tengkorak.
Dari segi kesehatan, alat ini tentunya menjauhkan kekhawatiran akan adanya gangguan kesehatan, radiasi oleh sinar X yang dikhawatirkan akan merusak organ tubuh apabila yang dipindai tidak menggunakan baju khusus, terjawab dengan ukuran unit serapan radiasi yang cenderung kecil dari alat ini. Seseorang baru akan terkena gangguan radiasi apabila mencapai ukuran unit serapan radiasi apabila mencapai batas maksimal 25 milirem, sedangankan untuk mencapai angka 1 milirem saja, seorang objek pemindai harus melewati alat ini sekitar 5000 kali.(jadi, tidak perluuu kuatir bagi anda yang hobi travelling keluar negrii .. ☺ )
Selain itu, privasi seseorang sangatlah dipertanyakan, meskipun wajah dan bagian kemaluan disamarkan, tetap saja tidak menjamin hasil gambar dari pemindaian itu disalahgunakan, dijadikan bahan Gosip, apabila objek pemindai adalah seorang selebritis. Untuk menjawab kekhawatiran tersebut, TSA menyebutkan bahwa kedua alat pemindai tersebut, tidak memilki fasilitas penyimpanan gambar.Bulan Juli 2010, rencananya Bandara Narita (Tokyo-Jepang) akan mulai mengoperasikan alat pemindai seluruh tubuh, untuk para penumpang di pintu kedatangan internasional.
Lantas, gimanaaa yaaah kalau alat ini digunakan juga di Indonesia?
Waduuuh-waduhhhh...
☺
BERKHAAYAAAAALLLLL yuukkkkkkk !!!
Mungkin kah 10 tahun ke depan .. Alat pemindai ini bisa menjadi sebuah teknologi yang membantu polisi mendeteksi Kebohongan ?
Sebenarnya bagaimana alat pendeteksi kebohongan itu bekerja ?
Nah...Ternyata alat pendeteksi kebohongan ini diciptakan pertama kali oleh James Mackenzie pada tahun 1902 dengan nama Polygraph .
begini cara kerjanya :
1. Seseorang yang akan diuji dengan alat Polygraph duduk di bangku.
2. Beberapa sensor yang terhubung dengan kabel-kabel pada alat Polygraph dipasang di tubuh orang yang akan diuji. Sensor tersebut antara lain yaitu :
- Pneumograph, untuk mendeteksi ritme nafas, ditempelkan pada bagian dada dan perut, bekerja ketika ada kontraksi di otot dan udara di dalam tabung.
- Blood Pressure Cuff, untuk mendeteksi perubahan tekanan darah dan detak jantung, ditempelkan pada bagian lengan atas, bekerja seiring dengan suara yang muncul dari denyut jantung atau aliran darah.
4. Penguji akan membaca grafik tersebut dan mengetahui apakah ada reaksi yang tidak normal atau fluktuatif.
5. Fluktuasi yang terbaca oleh alat Polygraph akan menentukan apakah seseorang berbohong atau jujur.
Nah...nahh...dengan alat pemindai ini, tentunya akan lebih memudahkan polisi dalam bertugas, cukup menginput pertanyaan ke dalam mesin pemidai , yang kemudian dijawab oleh orang yang diuji, setelah menjawab, mesin pemindai ini akan mensensor jawaban yang dipikirkan oleh orang diuji, sehingga kronologis peristiwa akan muncul seketika.
Jadi tak perlu repot lama-lama memasang kabel sensor di tubuh orang yang diuji ataupun menyiapkan waktu lama untuk proses pemeriksaan pelaku kejahatan..
Jadi polisi bisa lebih efektif dalam memberantas kejahatan.
Sumber
Majalah tempo 18 Januari 2010
http://bataviase.co.id
http://www.nusantara-news.com
http://www.nusantaraku.org
5 April 2010 pukul 08.33
walah mungkin di Indonesia juga akan sangat dipertanyakan kehalalannya sehubungan dengan efek visualisasi tubuh yang hampir real. mungkin saja mengganggu privasi. tapi yaa klo memang dipergunakan sesuai dengan fungsinya, pemerintah seharusnya dapat menggunakan alat ini.