NOTHING IMPOSSIBLE
Belajar dari si Burung Biru, yang Bisa Membawa Kita Kemanapun
Siapa sih yang gak tau blue bird?
Taxi biru yang setia nunggu di depan mall-mall di Ibukota (kalo didepan mall di Bandung jarang tuhh.. saingan soalnya ama taksi lain heehee)
Blue Bird Taksi
Kemarin pas nemenin teman-teman Unpar yang lomba Simulasi Sidang di Fakultas Hukum Universitas Indonesia tanggal 5-7 Juni, pas Opening Ceremony di Balai Sidang UI, dipasang plakat besar Judulnya Mootcourt Competition Mutiara Djokosoetono VI , acara itu degelar ama LaSALe (Law Student Association for Legal Practice) .
Nah pertanyaan saya tuh ,
“Kenapa Piala Bergilirnya dikasi nama Mutiara Djokosoetono?”
Ternyata, Djokosoetono itu, adalah Mantan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia, belaiu meninggal pada 6 September 1965, meninggalkan 1 orang istri, Mutiara Djokosoetono, dan 2 orang anak laki-laki Chandra Soeharto dan Purnomo Prawiro .
Tapi di Sini bukan Djokosoetono loh namanya, tapi Mutiara Djokosoetono,
(prasaan itu nama istrinya dehhh..)
Iya ternyata benar, Piala itu didedikasikan untuk Ibu Mutiara Djokosoetono, karena usahanya yang gigih dan yang baru saya tahu, beliaulah (cewek loooh) yang menciptakan armada taxi yang setenar sekarang, TAKSI BLUE BIRD .
Pas Opening Ceremony itu, selain kedatangan Menteri Hukum dan Ham , Patrialis Akbar SH., ternyata, kita juga kedatangan keluarga dari Ibu Mutiara Djokosoetono ini, singkat punya cerita, akhirnya diceritainlah sejarah bluebird..
Awalnya bukan bluebird namanya, tapi Chandra Taxi yang diambil dari nama anak Sulungnya yaitu Chandra Soeharto. Blue Bird didirikan pada tahun 1972 oleh Nyonya Mutiara Djokosoetono, SH. Dulunya beliau juga pernah ngajar di FH UI, namun setelah suaminya meninggal, beliau memutuskan untuk meniggalkan dunia tersebut, dan konsen untuk mendidik anak-anaknya.
Dengan pinjaman pinjaman mobil yang diberikan pada Ibu Mutiara Djokosoetono dan mobil bekas peniggalan suaminya, dimulailah usaha ini, 25 armada mobil baru yang siap luncur, taksi gelap ini dioperasikan sendiri. Chandra Suharto bertugas sebagai operator telepon, sedangkan Purnomo Prawiro sebagai pengemudi. Kadang, kalo Pak Purnomo Prawiro ini jadi pengemudi, kakaknyalah yang jadi keneknyaaa ..(Waaaw, kompak yaaah !)
Beroperasinya mobil-mobil ini awalnya hanya di seputar bandara hotel dan juga jurnalis yang butuh tumpangan cepat.
Setelah melihat peluang dari usahanya itu, Ibu Djokosoetono meminta ijin taksi resmi dari Gubernur Jakarta saat itu, Ali Sadikin. Tentunya saat itu permohonan ini ditolak. Namun ga menyerah Ibu Mutiara meminta rekomendasi-rekomendasi dari hotel dan sejumlah pelanggan lain taksinya, hingga akhirnya ijin pun keluar.
Setelah itu ibu Mutiara mengusahan pinjaman ke bank dengan menjaminkan rumahnya di Jl. HOS Cokroaminoto berikut 24 mobil yang dijadikan taksi.
"Nama Blue Bird diambil beliau dari Kartun Eropa, dalam cerita kartun itu, digambarkan seekor BURUNG BIRU yang bisa membawa gadis kecil pemimpi keliling dunia, kemanapun ia mau. Jika kita menggeluti sesuati, maka Tidak Ada yang Mustahil"
Dari 24 taksi, kini BBG mengelola 13.000 unit kendaraan dan 20.000 karyawan lebih.
Ibu mutiara Djokosoetono wafat pada tahun 2000
Dan Mootcourt Competition ini mulai dibuat pada tahun 2001, sebagai penghargaan atas segala kerja keras dan kontribusinya dulu di dunia pendidikan.
Ini dia Piala Bergilir Mutiara Djokosoetono
yang direbutin 16 Universitas di Indonesia
Waaahhhh ..
Pantes ajaaa, Big Sponsornyaa dari Blue Bird Group yaaaa
:)