"Kompak padahal tanpa berpedoman partitur." Itulah label yang melekat pada Komunitas KUA ETNIKA. Komunitas yang merupakan kolaborasi antara pemusik, penyair dan pemain teater ini didirikan pada tahun 1995 oleh Djaduk Ferianto, Butet Kartaredjasa, dan Purwanto.
Komunitas ini yakin bahwa musik etnik memiliki kekuatan dan keagungannya sendiri, yang sekarang sudah mulai terpinggirkan. sehingga mereka berusaha menciptakan sebuah musik alternatif degan mengolah musik etnik dengan sentuhan atau nafas modern, tanpa harus kehilangan spirit dasarnya/spirit tradisi. Kuncinya hanya 1, "bermain dengan hati"
Kalau KUA ETNIKA memiliki caranya sendiri untuk mengembalikan kekuatan dan keagungan musik tradisi, Lingkung Seni dan Tradisional Universitas Parahyangan tak mau kalah. lewat acara bertajuk Wajah Nusantara yang digelar di GSG Unpar (18/4) berhasil membuat kurang lebih 150 pasang mata tak berkedip. Acara berdurasi 120 menit tersebut mengkolaborasikan Seni Teater dengan Seni Tradisi dalam perpaduan satu panggung sederhana.Acara ini diawali dengan tarian Bajidor Kahot yang juga dikenal dengan Jaipong Bali.
Tari Bajidor Kahot
2 Juni 2010 pukul 16.40
musik tradisional berkolaborasi dengan musik modern menghasilkan karya yang sangat indah sekali..
Ayo kita lestarikan budaya Indonesia yang beraneka ragam etnis dan budaya..:)
@ sorta : informasi yang bagus nih ta..hehe